Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2018

MEMPARODIKAN PENAMPAKAN MANUSIA

MEMPARODIKAN PENAMPAKAN MANUSIA Oleh: Mario Prakoso, Mahasiswa Aqidah Filsafat Islam IAIN Surakarta George Bataille, seorang pemikir Prancis dikutip dari Yasraf, dalam Dunia Yang Dilipat-nya menuturkan dengan puitis keberadaan dunia saat ini tak lebih dari sebuah parodi:             Setiap orang menyadari bahwa hidup adalah parodi dan karenanya miskin interpretasi             Perunggu parodi emas             Udara parodi air             Otak parodi khatulistiwa             Coitus parodi kejahatan Sebenarnya apa yang dituturkan Bataille adalah analogi bahasa yang merupakan salah satu ciri dalam filsafat bahasa strukturalisme Ferdinand De Saussure. Melalui parodi yang diungkapkan oleh Bataille, secara tersirat ia hendak menyatakan bahwa dunia dengan segala bentuk kebudayaannya dibentuk berdasarkan satu sistem yang disebut dengan sistem oposisi biner. Logosentrisme yang kental dalam pemikiran Baitille ini seolah menandaskan jika dirinya pendukung filsafat yang dip

PASANG SURUT REKOGNISI AGAMA LELUHUR DALAM POLITIK AGAMA DI INDONESIA

PASANG SURUT REKOGNISI AGAMA LELUHUR DALAM POLITIK AGAMA DI INDONESIA Oleh :Nur Amita Bachan   Mahasiswa AQIDAH & FILSAFAT ISLAM IAIN Tulungagung Penganut agama leluhur adalah sekelompok warga negara yang agama atau kepercayaannya dimaknai dan dipahami serta diberlakuhkan secara berbeda dari waktu ke waktu. Agama leluhur seperti halnya sebuah aliran penghayat kepercayaan dan masyarakat adat ini lebih merujuk kepada praktik-praktik keagamaan lokal (subjek materi) yang sering diklaim sebagai praktik animisme, magis, adat maupun budaya, dan seterusnya baik dalam wacana publik maupun linteratur (Maarif, 2016, 2017). Dimisalkan seperti sebuah praktik ritual-ritual sesajen yang diyakini dan dipercaya oleh beberapa penganutnya. Tetapi tidak keseluruhan dari para penghayat kepercayaan menerima sebagai penganut agama leluhur tersebut karena praktik ritualnya, melainkan dari berbagai pertimbangan mereka lebih suka jika praktik adat kepercayaan itu disebut sebagai budaya, dan bu

GAGASAN MANUSIA TENTANG SEKS

GAGASAN MANUSIA TENTANG SEKS Oleh: M. Afif al-Ayyubi Mahasiswa AQIDAH & FILSAFAT ISLAM IAIN Surakarta Manusia modern (homo sapien) bertindak atas dasar 2 hal. Pertama oleh struktur genetik, kedua oleh imagined reality. Hal-hal yang didorong oleh faktor-faktor genetik ini bisa kita sebut insting. Seorang laki-laki memiliki birahi pada perempuan, itu dorongan gen. Pada keadaan berbeda, ada orang yang memiliki gen berbeda, ia tertarik pada yang sejenis, bukan lawan jenis. Perilaku genetik ini berfungsi menjaga keturunan kita. Dengan berhubungan seks manusia terus memiliki keturunan, sehingga tidak punah. Dalam hal ini kita tak berbeda dengan hewan lain. Saya sebut hewan lain, karena secara biologis manusia (homo) itu hanyalah salah satu jenis (genus) hewan.  Hal kedua yang mendorong dan mengatur tindakan manusia adalah sesuatu yang disebut imagined reality. Ini hanya dimiliki oleh manusia modern (homo sapien), tidak dimiliki oleh manusia spesies lain, juga tidak dimiliki ole

LINGKAR MAHASISWA FILSAFAT INDONESIA (LIMFISA)

LINGKAR MAHASISWA FILSAFAT INDONESIA